Apa susahnya memberikan senyuman manis kita kepada orang lain. Bukankah kita sudah tahu, bahwa betapa tidak enaknya melihat orang yang selalu bermuka masam, cemberut dan tak pernah tersenyum. Secantik apapun orang, tetap saja tidak akan kelihatan indah dan mempesona jika dia masih menjual mahal senyumannya (padahal, kalau senyumannya dijual pun, belum tentu ada yang berminat membelinya…hmmm). Sebaliknya, seseorang akan kelihatan menawan dan mempesona jika dia mudah melepaskan senyuman kepada orang lain.
Senyum itu indah, senyum itu adalah kebaikan yang juga berarti shadaqoh. Seperti itu kira-kira yang secara implisit Rasulullah terangkan dalam sebuah hadisnya, “Jangan pernah meremehkan kebaikan, walupun sekedar engkau bermuka manis saat bertemu saudaramu” (H.R. Muslim)
Dalam pribahasa arab mengatakan,” Wa kam min bilaadin tuftahu bi basaamati al ‘ulamaa” (Berapa banyak negara bisa dikuasai hanya dengan senyuman para ulama)
Pribahasa ini mungkin tidak bermaksud mengajak kita untuk melakukan ekspansi ke negara-negara dengan menjadikan senyum manis sebagai senjata utama kita. Tapi jika kita amati, sepertinya ia lebih menekankan pada makna, bahwa betapa dahsyatnya implikasi senyuman seseorang. Ia mampu menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Bahkan sesuatu yang dipikirkan sulit untuk dikerjakan, justru mudah diselesaikan cukup dengan senyuman saja.
Mulai saat ini, mari kita berikan senyuman terindah kita pada mereka. Iya, senyuman terindah yang kita maksud adalah senyuman yang lepas dengan sendirinya, tidak dipaksakan atau terkesan berlebihan. Dan insya Allah mereka pun sebenarnya bisa membedakan antara senyuman ikhlas yang kita berikan dengan senyuman yang terpaksa kita lepaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar